Survei beban kerja mahasiswa yang dilakukan selama semester genap TA 2023-2024, bertujuan untuk mengukur persepsi mahasiswa terhadap beban kerja akademik di berbagai mata kuliah. Survei ini dirancang untuk menilai kesesuaian antara beban kerja yang ditetapkan dengan beban kerja yang dirasakan oleh mahasiswa. Survei ini mencakup tiga kelompok mahasiswa: angkatan 2021 dan sebelumnya, angkatan 2022, dan angkatan 2023, dengan total partisipasi sebanyak 326 mahasiswa. Fokus utama survei adalah Sistem Kredit Semester (SKS) Indonesia, di mana 1 SKS setara dengan 170 menit kerja mahasiswa per minggu, termasuk 50 menit pembelajaran di kelas, 60 menit tugas terstruktur, dan 60 menit pembelajaran mandiri.
Pendekatan yang digunakan dalam survei ini adalah metode campuran, dengan menggunakan pertanyaan pilihan ganda dan umpan balik terbuka untuk menangkap pengalaman mahasiswa secara detail. Mahasiswa diminta melaporkan waktu belajar mingguan mereka untuk kelas tatap muka, kegiatan belajar mandiri, dan tugas terstruktur. Mereka juga memberikan masukan tentang bagaimana beban kerja dapat diimbangi dengan lebih baik.
Hasil survei menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara beban kerja yang dirasakan dengan SKS yang ditetapkan untuk beberapa mata kuliah. Sebagai contoh, mata kuliah seperti “Manajemen Sumber Daya Manusia” dan “Pengantar Kebijakan Publik” menunjukkan beban kerja yang dianggap terlalu berat oleh mahasiswa, sementara mata kuliah lainnya seperti “Metode Penelitian Sosial” dan “Penelitian Kuantitatif” lebih sesuai dengan beban kerja yang ditetapkan.
Rata-rata waktu belajar yang dilaporkan oleh mahasiswa bervariasi, dengan waktu kelas tatap muka antara 160 hingga 175 menit per minggu. Kegiatan belajar mandiri berkisar antara 108 hingga 255 menit per minggu, tergantung pada mata kuliah, sementara waktu untuk tugas terstruktur berkisar antara 159 hingga 287 menit per minggu. Mahasiswa juga menyarankan beberapa cara untuk meningkatkan keseimbangan beban kerja, termasuk distribusi tugas yang lebih baik sepanjang semester, tenggat waktu yang lebih realistis, dan dukungan yang lebih baik untuk kegiatan belajar mandiri.
Analisis hasil survei menyoroti perlunya pendekatan yang lebih sinkron dalam penentuan beban kerja. Misalnya, mata kuliah dengan beban kerja tinggi memerlukan evaluasi ulang alokasi SKS mereka untuk memastikan tidak melebihi beban kerja yang ditetapkan. Selain itu, survei ini juga menekankan pentingnya komunikasi yang transparan antara dosen dan mahasiswa mengenai ekspektasi beban kerja.
Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik berencana menggunakan wawasan ini untuk menyesuaikan desain mata kuliah, memastikan pengalaman akademik yang lebih seimbang dan dapat dikelola oleh mahasiswa. Dengan mengatasi ketidaksesuaian yang teridentifikasi dan menerapkan perubahan yang direkomendasikan, Departemen berupaya meningkatkan kepuasan dan kinerja akademik mahasiswa, serta menciptakan lingkungan belajar yang lebih efektif dan mendukung.
Untuk informasi lebih rinci tentang hasil dan metodologi survei, silakan merujuk ke laporan lengkap yang tersedia melalui pranala berikut: https://drive.google.com/file/d/1nyAA727mKzCWiROQQBJhCo6EAc-jhHCs/view?usp=sharing