Yogyakarta, 27 Mei 2025 — Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik (DMKP) FISIPOL Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama Residential College 4 (RC4) National University of Singapore (NUS) telah sukses menyelenggarakan program Southeast Asia Friendship Initiative (SFI) 2025. Program yang berlangsung selama sembilan hari pada 17–25 Mei 2025 ini menjadi wadah kolaborasi mahasiswa kedua universitas untuk mengkaji tata kelola air, perubahan iklim, serta pemberdayaan masyarakat di kawasan perkotaan Indonesia, khususnya di Yogyakarta dan Jakarta.
Sebanyak 22 mahasiswa gabungan dari NUS dan fasilitator dari mahasiswa DMKP berpartisipasi, didampingi oleh Dr. Erda Rindrasih, Dr. Ario Wicaksono, Dr. Dede Puji Setiono, dan Dr. Navarun Varma (NUS). Kegiatan ini menggabungkan metode observasi lapangan, diskusi dengan pemangku kepentingan, serta presentasi hasil kajian.





Kegiatan di Yogyakarta: Menelusuri Kompleksitas Sungai Kali Code
Rangkaian kegiatan di Yogyakarta dimulai pada 17 Mei 2025, dengan agenda wawancara dan FGD bersama warga serta komunitas lokal di kawasan Rusunawa dan permukiman bantaran Kali Code. Kegiatan ini dilanjutkan dengan observasi lapangan di kawasan revitalisasi permukiman kumuh, pemukiman di Sultan Ground, dan wilayah rawan banjir di bantaran Kali Code pada 18 Mei 2025.
Pada 19 Mei 2025, mahasiswa mempresentasikan temuan mereka terkait berbagai persoalan lingkungan di kawasan tersebut. Temuan mahasiswa mencakup pembuangan limbah domestik (grey water) langsung ke sungai yang memicu pencemaran, meningkatnya limpasan air hujan akibat permukaan tanah yang tertutup, erosi tanah akibat aktivitas manusia, serta penurunan kualitas hunian akibat kepadatan yang ekstrem dan sanitasi yang buruk. Mahasiswa NUS juga menyoroti persoalan sosial seperti tumpang tindih penggunaan ruang untuk parkir, laundry, dan kegiatan sosial, hingga risiko bangunan yang saling bertumpuk tanpa perencanaan yang memadai.
Presentasi tersebut menjadi pembuka untuk sesi diskusi dengan instansi pemerintah. Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral (DPUP-ESDM) DIY membahas strategi mitigasi degradasi kualitas air, integrasi kebijakan pembangunan kota dan konservasi lingkungan, serta penguatan ketahanan masyarakat di bantaran sungai.
Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kota Yogyakarta kemudian memaparkan program penataan permukiman, khususnya melalui M3K (Mundur, Munggah, Madhep Kali) yang membuka akses untuk infrastruktur dasar di bantaran sungai, serta MAHANANNI (Perumahan dan Permukiman Layak Huni Menuju Kampung Madani) yang fokus pada konsolidasi lahan untuk membangun kampung deret dan hunian vertikal. Kedua program ini bertujuan mewujudkan permukiman yang aman, layak huni, dan ramah lingkungan.
Diskusi kemudian ditutup dengan paparan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta yang menekankan pentingnya pengelolaan air bersih untuk mendukung ketahanan masyarakat di wilayah rawan bencana.


Kegiatan di Jakarta: Menelusuri Reklamasi Pesisir dan Sungai Ciliwung
Pada 22 Mei 2025, rombongan melanjutkan studi lapangan ke Jakarta dengan mengkaji isu reklamasi pesisir di Jakarta Utara. Kegiatan dimulai dengan diskusi bersama pejabat daerah mengenai proyek reklamasi serta observasi langsung menggunakan perahu untuk melihat proyek Giant Sea Wall (GSW) yang menjadi bagian dari National Capital Integrated Coastal Development (NCICD). Proyek GSW tidak hanya berfungsi sebagai tanggul laut, tetapi juga terintegrasi dengan pembangunan pulau reklamasi, sistem drainase, dan penataan kawasan pesisir.
Mahasiswa juga berdiskusi dengan Kementerian PUPR mengenai integrasi proyek GSW dengan sistem tata ruang kota, relokasi permukiman informal, dan pembangunan hunian vertikal yang aman dan berkelanjutan.
Pada hari berikutnya, diskusi dilanjutkan bersama Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) DKI Jakarta mengenai strategi penataan permukiman bantaran sungai. Fokus diskusi meliputi pelibatan masyarakat dalam perencanaan, indikator hunian layak, serta monitoring dan evaluasi program relokasi.
Mahasiswa kemudian mengunjungi hilir Kali Ciliwung di Condet dan berdiskusi langsung dengan komunitas lokal mengenai perbedaan antara pendekatan normalisasi dan naturalisasi sungai. Kegiatan lapangan di Jakarta diakhiri dengan kunjungan ke kawasan kampung relokasi, permukiman yang tidak direlokasi, dan Rusunawa tempat warga relokasi bermukim saat ini.




Program Southeast Asia Friendship Initiative 2025 ini diharapkan dapat memperkuat kolaborasi akademik antara UGM dan NUS, sekaligus mendorong lahirnya solusi berbasis riset atas berbagai persoalan tata kelola air, permukiman, dan perubahan iklim di kawasan perkotaan Asia Tenggara. Kegiatan ini juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengasah kemampuan analitis, kerja lapangan, serta kolaborasi lintas budaya yang bermanfaat dalam menghadapi tantangan global ke depan.
Penulis: Fahri
Foto: Fahri, Fauzi, Vika